Tahapan Membuat Animasi Versi Ronny Gani

Abi Ardianda

To Animate Is Creating The Dead Become a Living Being

Ketika pergi ke bioksop, kadang kita terlalu terlena oleh suguhan animasi visual khas Hollywood yang membuai, ditambah aroma pop corn dan mentega, sampai-sampai kita luput menyadari nama-nama seniman Tanah Air yang terlibat di belakang layar. Salah satunya adalah Roni Gani, apabila Anda menyebut beberapa film Hollywood yang menjadi box office, salah satunya The Avengers, Anda akan menemukan nama Roni Gani tercatat sebagai animator dalam film tersebut. Kini, mari kita gali dunia animasi dari kaca mata Roni, apa saja tahapan yang diperlukan dalam proses kreatifnya?

1. Modelling

Meski telah meniupkan nyawa pada beragam tokoh di film Hollywood, rupanya Roni tetap menganologikan tokoh si Unyil ketika dalam wawancara podcast Karena.id ia ditanya lebih jauh mengenai proses modelling. Sama seperti manusia yang mengawali perjalanannya sebagai embrio, si Unyil juga berawal dari sebuah kain. Oleh desainer, kain tersebut dijahit menjadi boneka sesuai dengan sketsa dan konsep yang telah dengan matang dipertimbangkan sehingga ia berbentuk 3 dimensi. Proses tersebut melingkupi penyusunan desain karakter, desain lingkungan maupun properti para karakter, sampai dengan details karakter itu sendiri. Boleh dibilang, ini merupakan perencanaan pembangunan semesta dan para pelakonnya. Maka dari itu, tahapan ini memerlukan pemahaman topologi permukaan bentuk dari karakter yang kita ciptakan, atau akan terdapat risiko karakter kita gagal dihidupkan. Departemen ini diisi oleh para pengamat dan peneliti, sebab seperti yang telah disinggung Roni dalam wawancaranya, animasi merupakan proses menghidupkan sosok-sosok yang mati.

2. Texturing

Setelah desain konsep selesai, tahap berikutnya yang perlu kita kelola merupakan texturing. Material apa yang akan kita pilih untuk karakter dan semestanya? Warna apa saja yang akan memeriahkan tampilan itu semua? Bagaimana pilihan tersebut memberikan pengaruh pada sang tokoh maupun semestanya? Sebab setiap keputusan tersebut akan menentukan sejauh mana kita meniupkan nyawa pada animasi yang sedang kita kembangkan. Tahapan ini memerlukan ketajaman seorang animator supaya warna dan tekstur yang dipadukan berhasil meniupkan nyawa sehingga mereka dapat kelihatan hidup.

3. Rigging

Ini adalah tahapan yang memerlukan kemampuan seseorang untuk berakting. Atau, paling tidak, pemahaman berakting. Bila kita bicara mengenai akting, hal tersebut erat kaitannya dengan tugas menyampaikan pesan; baik cerita maupun emosi. Katakanlah kita selesai dengan tahap modelling dan texturing. Kini, kita sudah memiliki karakter yang bukan hanya 2 dimensi, tetapi sudah bermetamorfosa menjadi karakter 3 dimensi. Tetapi, itu saja belum cukup. Karakter kita belum bergerak. Sebagai dalang, Anda diharapkan dapat memberikan bahasa tubuh yang tepat dengan tokoh dan cerita Anda. Kita tentu telah memahami betul tentang jenis-jenis emosi, tetapi bukan kita yang akan menyampaikannya pada penonton. Melainkan karakter yang telah kita buat. Kita hanya membagi dan mengkoordinasikan area gerak karakter tersebut.


4. Lighting

Meski dalam animasi, seorang kreator tetap memerlukan setting, atau latar tempat bagi ceritanya. Ada yang berlatar di dalam ruangan, maupun di luar ruangan. Yang menentukan latar tersebut adalah cahaya, maka sang kreator dituntut untuk mampu mengatur pencahayaan sesuai dengan kebutuhan setting cerita.


5. Rendering

Ini merupakan tahap terakhir dari keseluruhan proses produksi, di mana kreator menjahit seluruh potongan adegan dalam animasi yang dibuatnya menjadi sebuah tayangan utuh yang bersambung.


Dalam mempelajari itu semua, sebelum saat ini Roni terlibat dalam pembuatan film Hollywood, Roni mengunjungi Warung Internet dan mempelajari banyak hal dengan modal Rp 6.000,- untuk sewa komputer dan internet selama dua jam. Itu membuktikan bahwa keterbatasan fasilitas seseorang tidak pernah menghentikan seseorang meraih mimpi. Keterbatasan tekad lah yang sesungguhnya menghentikan langkah manusia. Roni juga menceritakan perjalanannya untuk dapat diterima oleh rumah produksi film yang mengharuskannya mengikuti beberapa tahapan interview, yang disiastinya dengan menunjukan bahwa ia benar-benar menginginkan posisi tersebut. Sebab bagi Roni, animasi bukan lagi sekadar alternatif pertunjukan, melainkan sebuah industri yang dapat mewadahi para seniman kreatif untuk mengembangkan kemampuannya. 

Gigih, pantang menyerah, terbuka terhadap hal baru merupakan karakter yang diterapkan Roni untuk mengejar mimpinya. Tanpa semua elemen tersebut, keinginan Roni untuk dapat bergabung dengan sebuah rumah produksi sekaliber Hollywood mungkin akan mentok hanya menjadi angan-angan. Kini, coba renungkan, sudah sejauh mana Anda telah berupaya untuk mengejar impian yang telah lama Anda dambakan? Temukan cerita inspirasi lainnya hanya di KARENA.ID.
Created with