Starter Kit Fransisca Puspitasari Sebagai Pengrajin Keramik

Abi Ardianda

Dua puluh tahun berkecimpung sebagai brand developer di berbagai perusahaan, termasuk merek mancanegara, pada tahun 2016, Fransisca Puspitasari atau yang akrab dipanggil Kika akhirnya memutuskan untuk membangun brand-nya sendiri.

Kika percaya bahwa setiap brand memiliki DNA yang mustahil diduplikasi. Dengan pemahaman serta pembelajaran yang telah sedikit demi sedikit dikantongi Kika sejak tahun 1996, kini ia mampu melangkah dengan mantap. Kaloka Pottery, sebuah brand lokal yang diciptakannya menyediakan table wear yang tidak hanya dikagumi para konsumen lokal, melainkan sudah merambah berapa negara di dunia, salah satunya negara-negara di Timur Tengah. Dalam meniupkan jiwa yang secara ajaib telah menyihir para pengagum seni keramik dari belahan penjuru dunia, cari tahu starter kit dasar yang digunakan oleh Kika serta pengrajin keramik lain dalam artikel yang dipersembahkan khusus oleh KARENA kali ini.

1. Penggiling

Pada tahun 2017, ketika mendapat pesanan berjumlah massal dari salah satu negara di Timur Tengah, dengan peralatan seadanya, Kika memutuskan untuk bersinergi dengan para pengrajin keramik di sekitar. Kika tahu ini kesempatan emas yang mungkin tidak datang dua kali. Maka dari itu, ia benar-benar memanfaatkannya. Akhirnya, dalam kerjasamanya dengan studio lokal di daerah tempatnya tinggal, Yogyakarta, Kika berhasil menjawab tantangan yang diberikan kepadanya dengan sempurna. Salah satu alat yang digunakan Kika dalam studio tersebut merupakan penggiling. Penggiling biasanya terbuat dari kayu dan digunakan sebagai alat untuk membuat lempengan. 

2. Meja Putar

Bentuk lingkaran atau silinder merupakan bentuk paling umum dalam kerajinan keramik. Apalagi bagi Kika, seorang kreator table wear, bentuk tersebut dibutuhkan Kika ketika membuat cangkir gelas, piring, mangkuk, atau pot. Untuk menghasilkan bentuk tersebut, Kika dan pengrajin keramik lainnya menggunakan meja putar. Meski terkesan mudah, namun tentu saja untuk menghasilkan bentuk yang sempurna, seseorang perlu menguasai skill khusus ketika menggunakan meja putar. Kika memiliki prinsip bahwa apa pun yang dikerjakannya, ia ingin selalu mendapatkan hasil terbaik. Makanya, kadang butuh waktu lebih lama baginya untuk menguasai setiap teknik. 

3. Tali Pemotong

Setelah keramik yang masih basah melekat pada meja putar, kita memerlukan tali pemotong untuk membentuknya sesuai modifikasi. Apabila kita melihat hasil kreasi yang dihasilkan Kaloka, Kika memainkan imajinasinya dengan menghasilkan bentuk-bentuk table wear yang tidak umum. Meski tidak presisi, seperangkat table wear yang dibuat Kika tidak menjadikannya kehilangan fungsi. Ketidakteraturan tersebut justru memberikan kesan unik dan kreatif, sehingga pada akhirnya menjadi daya tersendiri. Belum lagi ditambah permainan warna yang beragam, para pengagum setia Kika kini mendambakan terobosan baru dengan keberagaman.

4. Cetakan

Untuk melakukan produksi dalam jumlah massal, Kika memerlukan cetakan. Selain untuk mendapatkan bentuk yang persis sama, ukuran keramik yang dihasilkan dengan menggunakan teknik cetak juga tidak akan berbeda-beda antara satu dan yang lainnya.  

5. Pisau Pahat

Boleh dibilang, pisau pahat merupakan salah satu alat terpenting dari keseluruhan proses kerja Kika. Sebab dengan menggunakan pisau pahat inilah Kika mengukir dekorasi pada keramik. Membuat ornamen, tulisan, serta modifikasi lain sesuai dengan kebutuhan. Apabila kita melihat begitu banyak detail dihadirkan Kika dalam beragam model Kaloka, pisau pahat tidak dapat dipisahkan dari proses kreatif yang satu ini.  

6. Butsir

Menjelang tahap akhir, butsir dibutuhkan Kika untuk merapikan, mengeruk, serta membentuk suatu kerajinan keramik menjadi suatu karya sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Dalam proses finishing, butsir dapat menyempurnakan bentuk sebuah kerajinan keramik.

7. Tungku Pembakaran

Kika menggunakan tungku pembakaran untuk mengerjakan dua proses. Ada 2 jenis pembakaran dalam keramik, yaitu pembakaran bisque dan pembakaran glasir. Pembakaran bisque merupakan tahapan yang mengubah tanah liat menjadi keramik. Pembakaran ini berkisar di suhu 700 – 1000°C. Melalui pembakaran bisque, keramik sudah berubah teksturnya menjadi padat, kuat, serta kedap air. Tetapi, tidak cukup sampai di situ, keramik tersebut memerlukan proses pembakaran selanjutnya, yakni pembakaran glasir. Pembakaran glasir menerapkan suhu lebih tinggi, sekitar 1050°C, disesuaikan dengan jenis keramik dan jenis glasir. Tujuannya untuk melelehkan bahan glasir agar melekat erat pada keramik.
Keseluruhan proses yang dilalui Kika dalam membuat kerajinan keramik di Kaloka mungkin terdengar kompleks. Tetapi, seperti yang dituturkan Kika, kecintaan kita terhadap sesuatu akan terus memberinya motivasi yang tak padam. Cintanya pada keramik terbukti telah membawa Kika jauh melampaui mimpinya. Kini, coba renungkan, kecintaan apa yang bisa Anda jadikan upaya untuk berkelana melampaui mimpi? Simak artikel inspiratif lainnya hanya di KARENA.ID!
Created with