Semangat yang Dipersembahkan Melalui Jewelry A la Imelda Widjaja

Abi Ardianda

Mungkin kamu sepakat, bahwa salah satu cara menggambarkan kepribadian adalah melalui penampilan.

Kita memilih warna pakaian, model, sampai accessories yang mewakili kepribadian kita. Apakah kamu termasuk perempuan yang feminin? Atau tomboy? Apa kamu termasuk laki-laki yang senang menggunakan jewelry yang membuatmu tampil maskulin sekaligus elegan? Imelda Widjaja, seorang desainer jewelry asal Jakarta yang sudah berkarir selama 13 tahun di Bali berhasil menggambarkan kepribadian melalui jewelry yang diciptakannya.

Dengan memberikan nuansa musim panas, Jewel Rocks karya Imelda Widjaja telah digunakan oleh para konsumen mewakili kepribadian mereka yang penuh semangat dan memiliki rasa penasaran tinggi untuk mencoba hal baru. Konsumen Imelda Widjaja datang dari beragam negara, mulai dari Hawaii sampai Afrika. Yuk, simak cerita seru Imelda Widjaja di balik ragam jewelry yang dipersembahkannya!

Kekuatan Word Of Mouth

Sebelum terjun ke bisnis jewelry, Imelda Widjaja yang akrab dipanggil Mel udah nyobain bikin macam-macam bisnis. Tapi, nggak ada yang nandingin antusiasme Mel ketika dia nyiptain jewelry. Dimulai dengan jualan jewelry ke temen-temen di kantor, sampai terima order buat bikin corporate gift dari perusahaan sekelas Loreal, Mel akhirnya yakin untuk konsisten di bisnis jewelry. Setelah ngabisin tiga bulan pertama bulak-balik Jakarta-Bali, buat bikin sample, berhubungan sama supplier dan berinteraksi sama buyer, Mel milih menetap di Bali dan menjalankan bisnisnya di sana. Di salah satu sudut Seminyak, tepatnya Jalan Drupadi nomor 8, Mel membuka tokonya yang dikasih nama Jewel Rocks.

Sesampainya di Bali, Mel berusaha nemuin supplier yang bisa bikin bidding sama craft. Bidding adalah proses masuk-masukin beads ke dalam tali, salah satu jenis tali yang dipilih Mel adalah kenur. Selama 3 tahun sebelumnya, Mel mempelajari ilmu tentang jewelry secara otodidak. Sesampainya Mel di Bali, Mel nggak berhenti belajar. Mel pergi dari toko ke toko di pinggir jalan, sampai tanya-tanya ke salah satu temannya yang bekerja di garmen. Proses pembelajaran itu bikin Mel paham bahwa dia harus nyiptain sesuatu yang dia suka, yang dia mau pakai. Bukan ngikutin tren. Saat tren di pasar adalah mutiara yang disambung pake wire, Mel enggak ikutan bikin produk sejenis. Mel bikin sesuatu yang lebih charm, tapi nggak ngilangin kesan funky dan streetwear. Mel memilih warna-warna yang berani. Keputusannya untuk nggak ngikutin tren pasar justru mempertemukan Mel dengan para pelanggan yang punya selera yang sama dengan Mel. Dari situ, Mel semakin yakin buat percaya sama intuisi.

Awal kepindahan Mel ke Bali, Mel langsung disibukkin sama pesanan kalung sebanyak 2000 unit selama 2 minggu. Pesanan itu datang dari Loreal. Temennya adik Mel yang bekerja di Loreal tertarik dengan jewelry yang dibikin Mel dan meminta bantuan Mel untuk membuat corporate gift. Sejak Mel menerima tantangan itu, produknya tersebar dan kualitasnya yang prima bikin reputasi Mel semakin cemerlang. Testimoni positif dari para pegawai Loreal terus menyebar. Pelanggan bar uterus mendatangi Mel. Hal itu bikin Mel yakin kalau strategi word of mouth terbukti efektif membantunya dalam berbisnis. Saat itu, Mel bercerita, social media bahkan belum populer.
Testimoni positif dari strategi word of moth terbukti efektif membantu bisnis.

Menentukan Signature di Tengah Tren Pasar

Seperti yang kita tahu, design terus berevolusi. Sebagai kreator, kita dituntut untuk bisa beradaptasi sekaligus menjaga identitas. Gimana pada awalnya Mel nemuin signature? Mel menjadikan dirinya sendiri sebagai patokan. Mel mempertajam imajinasinya untuk berkreasi. Apa yang disukainya dan nggak disukai Mel kemudian dijadikannya tolak ukur. Kesukaannya itu juga nggak permanen. Misal, pada awalnya Mel menyukai bahan tertentu, tetapi kualitas bahan tersebut melemah setelah digunakan selama beberapa waktu tertentu, Mel akan sigap mengganti pilihannya.

Dalam proses tersebut, Mel mencoba membangun connection dengan pelanggannya. Mel berusaha menemukan cara supaya para pelanggannya dapat merasakan nilai-nilai yang disertakan Mel ke dalam produk. Yaitu full of spirit, desire to explore dan freedom. Dengan menciptakan jewelry yang mengandung nilai-nilai tersebut, Mel terhubung dengan pelanggannya secara emosional, sehingga para pelanggannya juga kemudan merasakan brand value yang kuat ketika menggunakan produk yang dibuat Mel. Begitu cara Mel menjaga hubungan yang baik dengan loyal customer-nya.

Selain itu, untuk memperkaya koleksi desainnya, Mel juga rajin menggali ingatan. Ketika kecil, Mel bareng teman-temannya punya gelang persahabatan dengan warna pelangi. Gelang yang model dan warnanya sekarang sulit ditemukan, akhirnya Mel ciptakan sendiri. Untuk nyiptain produk yang orisinil, Mel memodifikasi ingatan dan pengalamannya tentang suatu produk. Filosofi untuk terus menggunakan gelang persahabatan terus sampai putus begitu membuatnya tersentuh. Hal itu juga mengingatkan Mel pada salah satu kultur di India.

Kultur lain yang menginspirasi Mel adalah fashion style di Jepang. Mel menyukai setiap detail pada anime di Jepang, kemudian detail itu diadaptasi Mel dalam produknya. Salah satu proyek yang digalakan Mel tahun ini adalah Japanese On The Moon, tentang orang Jepang yang pergi ke Jepang. Mel mengaku begitu menikmati eksplorasinya mengawinkan ragam gaya dalam budaya dan menuangkannya ke dalam sebuah karya baru yang orisinil. 

Full of spirit, desire to explore, dan freedom, adalah nilai-nilai signature Jewel Rocks.

Kesuksesan yang Berawal Dari Imajinasi

Mel sebetulnya cukup terbuka pada permintaan pelanggan. Kadang, Mel menerima pesanan berdasarkan selera pelanggan, mulai dari bahan, warna, sampai model. Tetapi, Mel tidak pernah menyimpang dari nyawa yang dimiliki oleh brand-nya, Jewel Rocks. Mel selalu memberikan pilihan alternatif sehingga produk yang dia buat, meski berdasarkan permintaan pelanggan, tetap mengandung nyawa yang telah dihidupkan Mel.
Sejauh ini, Mel menggunakan fokusnya sebesar 60% untuk brand-nya sendiri, Jewel Rocks, kemudian sisa 40% perhatiannya digunakan Mel untuk mengerjakan produk dari label lain. Model yang dibuat Mel tentu nggak sembarangan, melalui konsep yang matang. Karena itu, satu koleksi model bisa digunakan oleh Mel selama 2-3 tahun, sebab melahirkannya juga memerlukan waktu dan perhatian yang utuh.

Apa yang dilakukan Mel sehingga dirinya tidak pernah kehabisan inspirasi untuk menciptakan jewelry? Mel menyarankan untuk segera mencatat ide-ide yang muncul di dalam benak. Baik ide desain, bahan, model, atau pun warna. Biasanya, setelah memiliki sketsa desain, Mel akan mengumpulkan semua pilihan material. Mel akan mengumpulkan alternatif material tersebut di atas meja kemudian menyusunnya sesuai dengan konsep yang telah dirancangnya.

Apabila Mel telah menentukan pilihan, proses pengerjaannya sendiri tidak memerlukan waktu lama. Pencarian ide dan prosesnya menggabungkan material yang memerlukan Sebagian besar waktu yang dimiliki Mel. Itulah rahasia di balik produk-produk Mel yang berkualitas; Mel menentukan segalanya dengan selektif.
Tidak hanya dalam proses produksi, Mel juga masih mengambil peran dalam proses marketing. Pas photoshoot, misalnya. Mel akan ikut menentukan model, sampai memadu padankan setting tempat, property, dengan objek. Mel paham pesan yang dia sampaikan melalui produknya, dan pesan itu harus berhasil disampaikan dalam konten yang dipublikasikannya.

Keputusan Mel yang begitu selektif di setiap langkahnya berbisnis telah memikat banyak pelanggan dari segala penjuru dunia. Sebelum memulai Jewel Rocks, Mel pernah punya imajinasi untuk menjual produknya di sebuah hotel di pinggir pantai. Dengan begitu, para pengunjung bisa menggunakannya sambil menikmati suasana pantai, atau untuk oleh-oleh. Kini, bukan hanya pantai di Bali, pelanggannya juga ada yang berasal dari pantai di Hawaii dan Afrika. Dengan antusias Mel bercerita bahwa hal itu nggak akan terwujud kalau Mel nggak pernah berimajinasi sebelumnya.

Sama seperti Mel, mungkin kita juga sebaiknya nggak takut buat berimajinasi soal impian kita. Kalau perlu, visualisasikan imajinasi tersebut. Selama kita punya tekad yang tinggi untuk mewujudkannya, apapun impian kita, kita pasti bisa meraihnya. Tentu saja dengan konsistensi dan kerja keras. Kira-kira, imajinasi seperti apa yang telah kamu impikan dan ingin kamu wujudkan?
Temukan artikel inspiratif lain hanya di KARENA.ID. 
Created with