Sejauh Mata Memandang: Kecintaan Chitra Subyakto Terhadap Budaya dan Lingkungan

Baitur Rohman

Pertimbangan sebagian besar orang untuk berbisnis adalah adanya keraguan mengenai kemampuan untuk mengungguli pesaing.

Apalagi, di zaman serba digital, persaingan semakin kelihatan ketat karena kemudahan kita untuk mengakses segala hal. Sejak hadirnya media sosial, bukan hanya strategi yang dilancarkan oleh pesaing yang dapat kita cari tahu. Melainkan respon pasar terhadap strategi pesaing juga dapat secara langsung kita amati.

Chitra Subyakto, founder Sejauh Mata Memandang mengaku tidak memiliki keraguan tersebut sebab dirinya percaya bahwa setiap brand memiliki karakteristik masing-masing. Semakin dirinya percaya akan nilai dari nyawa yang diembuskannya dalam suatu bisnis, semakin jauh dan ringan Chitra melangkah ke depan dan mengungguli para pesaingnya.

Dimulai dari ketertarikannya pada seni, budaya, dan lingkungan, akhirnya Chitra berinisiasi membangun lini usaha sendiri di bidang fashion dengan nama Sejauh Mata Memandang. Bagaimana Chitra membangun karakertistik di dalam karyanya? Simak cerita suksesnya berikut ini!

Menjalani 4 Profesi Sekaligus

Kita diberi waktu yang jumlahnya seragam; tidak ada orang yang mendapat lebih banyak waktu, atau kekurangan waktu. Tetapi, setiap orang, menggunakan waktunya dengan keputusan yang berbeda-beda. Nah, Chitra memilih untuk menggunakan waktunya dengan menjalani empat profesi sekaligus! Sebagai Costume designer, fashion stylist, entrepreneur dan aktivis lingkungan.

Costume designer digeluti Chitra ketika dia terlibat dalam film-film mengenai khalayan manusia, atau film dengan waktu periodik, yang menceritakan suatu masa tertentu. Contohnya Laskar Pelangi. Ketika mengerjakan kostum untuk para pemain Laskar Pelangi, setelah membaca naskah, Chitra mengunjungi Belitung Bersama tim art dan melakukan riset; sebab pakaian yang digunakan harus disesuaikan dengan udara di sana, warna dinding pada latar adegan, dan masih banyak aspek lain di dalam setting cerita yang harus dipelajari Chitra. Selain itu, Chitra juga harus menyesuaikan penampilan pemain dengan zaman adegan tersebut, yakni masa lampau. Sehingga Chitra terpaksa membuat pakaian para pemain kelihatan lusuh, supaya penampilannya ikut mendukung peran. Chitra mengaku sering menonton tayangan dokumenter mengenai bagaimana seseorang membuat film. Dari sana, Chitra belajar bahwa kulit manusia sebetulnya cocok dengan seluruh warna, tetapi kita perlu pandai memilih warna yang pas supaya kulitnya tampil lebih memesona. Hal tersebut juga teruji dapat mendongkrak rasa percaya diri talent saat harus tampil di depan kamera.

Sementara karir Chitra sebagai fashion stylist dimulai lebih dari satu dekade yang lalu, ketika sebuah majalah internasional mulai masuk Indonesia dan sedang mengumpulkan tim. Ketika itu, Chitra bertemu Sarah Sechan yang kemudian menilai penampilannya yang unik. Sarah Sechan lantas mengajak Chitra untuk bergabung dengan majalah tersebut, jadilah Chitra berkesempata ‘mendesain’ setiap pemotretan; mulai dari tema, tempat, pakaian, model, fotografer, sampai dengan urusan lighting. Chitra merasa bahwa pengalamannya bekerja di majalah telah mengajarinya banyak hal, di luar urusan penampilan. Chitra bahkan perlu menguasai penulisan artikel, sehingga dia merasa bahwa keterampilannya meluas.

Dua profesi Chitra lainnya; sebagai pengusaha dan aktivis lingkungan saling terkait satu sama lain. DIa mengombinasikannya dalam satu label fashion, yang dia beri nama Sejauh Mata Memandang.
Kulit manusia sebenarnya cocok dengan seluruh warna, tetapi kita perlu pandai memilih warna yang pas supaya kulitnya tampil lebih memesona.
Chitra Subyakto

Memandang Jauh Ke Depan

Dua puluh tahun karir Chitra di industri fashion dimulai dari sebuah kampus jurusan ekonomi. Orang tua Chitra percaya, seniman nggak bisa menghasilkan uang yang layak. Kebanyakan hidupnya susah. Berangkat dari mitos tersebut, Chitra telah membuktikan bahwa dirinya tetap berhasil menorah kesuksesan sebagai seniman. Tetapi, apakah ilmu ekonomi yang pernah ditekuninya menjadi sia-sia? Tentu saja tidak. Ilmu tersebut diperlukan Citra terkait strategi mengelola keuangan serta administrasi dalam usahanya.

Darah seniman di dalam dirinya diakui memberikan peran penting dalam berbisnis. Sebab, Chitra percaya, hidup itu sendiri merupakan sebuah seni bertahan. Melalui label fashion yang diciptakannya, Sejauh Mata Memandang, Chitra berhasil menghidupkan kembali kebudayaan tradisional Indonesia, beberapa pakaian adat yang menginspirasinya adalah selain batik adalah baju bodo, baju Lombok, kebaya tentunya dengan pola yang lebih nyaman. Selain itu, Chitra juga berupaya membuat pakaian yang ramah lingkungan.

Bagaimana tidak, kain-kain yang dihadirkan Citra tidak mengandung serat polyester, atau plastik. Sehingga, apabila pakaian tesebut tidak lagi digunakan dan kita kubur, kain tersebut akan terurai dan tidak berubah menjadi limbah. Selain itu, tahun lalu Chitra juga memulai program ‘Sejauh Daur Kembali’, bagi para konsumennya yang ingin mendaur ulang fashion items Sejauh Mata Memandang yang mereka beli.

Dengan begitu, Chitra percaya, produknya tidak akan berakhir di lautan, menjadi pakan bagi ikan, seperti yang dipaparkan Chitra telah diramalkan pada tahun 2050, bahwa jumlah plastik akan mengungguli ikan. Sebagai pengagum pantai, Chitra tidak ingin anak cucunya kelak hanya mengenang ikan sebagai dongeng. Ini adalah gerakan yang dia bisa lakukan untuk menyelamatkan lingkungan.

Tidak hanya ramah lingkungan, desain yang Chitra hadirkan juga sangat modern. Kentalnya unsur budaya berhasil dikemas dengan perpaduan warna dan ilustrasi yang tampil modern. Ilustrasi yang diangkat Chitra merupakan apa yang dia rekam di sekeliling: mulai dari alam, pemandangan, sampai kegiatan sehari-hari. Chitra memang memiliki mata yang benar-benar tajam dalam menangkap sesuatu yang bernilai.

Sementara itu, proses pembuatannya dilakukan manual, oleh tangan para pengrajin dengan tujuan untuk menyejahterakan sesama. Mulai dari batik tulis, tenun ikat, sablon tangan sampai batik cat. Chitra harap produknya dapat sekaligus menyampaikan nilai-nilai luhur yang selama ini yakini; untuk lebih menyayangi lingkungan, mencintai budaya dan menghargai kehidupan itu sendiri.

Makanya, Chitra optimis bahwa Sejauh Mata Memandang yang kita beli saat ini, akan awet dan masih dapat digunakan oleh anak cucu kita yang kelak mengenakannya satu dekade mendatang. 
Diramalkan tahun 2050, jumlah plastik akan mengungguli ikan!

Kompak Melakukan Hal Baik

Chitra berpesan, salah satu upaya yang dapat kita lakukan sebagai konsumen untuk menyelamatkan lingkungan adalah dengan menggunakan pakaian paling tidak selama 9 bulan. Sebagai pengusaha, tentu saja sebaiknya kita upayakan supaya produk kita sustainable. Hal-hal baik tersebut, apabila serempak dilakukan bersama oleh kita semua, tentu akan menghasilkan hal baik pula. Untuk membawa perubahan, kita tidak pernah dituntut untuk menjadi sempurna, cukup kompak melakukan hal baik saja.

Bagi pemuda-pemudi yang hendak memulai bisnis, saran Chitra, jangan panik. Mungkin kedengaran sederhana, ya? Tetapi, menurut Chitra, apabila kita tetap tenang, kita dapat mengatasi semua tantangan atau hambatan dengan baik. Untuk tetap tenang, kita perlu menjalani sesuatu yang telah kita rencanakan dengan matang. Rencana tersebut melingkupi pemilihan bahan, riset pasar, pengolahan, serta segala hal sifatnya operasional. Semakin terperinci rencana kita, maka peluang kita untuk tetap tenang pun semakin besar.

Semoga kisah suskes Chitra dapat memotivasi kita untuk mulai menjalani bisnis dengan penuh tanggung jawab, ya! Kisah sukses lainnya dapat ditemukan di KARENA.ID.
Created with