Band RAN dan Peran Alvino Adrian Tamaela Di Balik Layar

Abi Ardianda

Rasanya tidak ada yang mengenal RAN. Sebuah band lokal berisikan tiga pemuda yang memiliki pembawaan riang; Rayi, Asta dan Nino.

Mereka kompak membawakan lagu-lagu yang dianggap dapat mewakili perasaan banyak anak muda. Tetapi, pernahkah kamu ingin tahu siapa sosok yang berada di balik kesuksesan mereka? Mari kita berkenalan dengan Alvino Adrian Tameela, seorang manager yang telah menemani perjalanan RAN sejak 2008 hingga mereka sebesar sekarang. Apa saja kiat-kiat Alvino dalam mengelola label management yang dibuatnya untuk RAN? Apa saja tantangan yang dihadapinya? Simak keseluruhan cerita Alvino dan pergulatannya di industri tanah air hanya di KARENA.ID.

Mengurutkan Prioritas

Alvin bertemu dengan RAN pada tahun 2008 di sebuah Pentas Seni salah satu sekolah di Jakarta. Ketika itu, Alvin masih bekerja dengan salah satu majalah swasta lokal sebagai Marcomm Promotion, di mana tugasnya adalah menjalin kerja sama, merancang event, di dalamnya termasuk pentas seni.

Pada suatu ketika, ketika Alvin sedang terlibat dalam sebuah Pentas Seni Labschool Kebayoran, untuk pertama kalinya ia bertemu dengan tiga pemuda personil RAN. Tidak lama setelahnya, mereka menawarkan Alvin untuk bekerja sama untuk menjadi manager mereka. Tepat pada Maret 2008, Alvin resmi bergabung dan menjalani dua pekerjaan sekaligus.

Namun, Alvin percaya ketika seseorang membagi tugas dan beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan, hasilnya tidak akan maksimal. Akan ada salah satu pekerjaan yang terbengkalai sementara kita memusatkan perhatian pada pekerjaan lainnya. Sebab, menurut Alvin, pada dasarnya kita hanya dapat memusatkan perhatian pada salah satu hal dalam satu waktu. Akhirnya, Alvin memutuskan untuk melepaskan pekerjaannya di majalah dan memilih untuk fokus terhadap RAN.

Bagi Alvin, penting untuk memahami skala prioritas dan mulai mengurutkannya. Sebab hanya dengan cara itu kita dapat mengetahui yang terbaik untuk kita.

Kita hanya dapat memusatkan perhatian pada salah satu hal dalam satu waktu, maka dari itu penting untuk memahami skala prioritas dan mengurutkannya.

Menghubungkan Dua Lini Bisnis

Java Jazz Festival 2008 adalah event perdana yang dikerjakan oleh Alvin besama RAN. Melalui event tersebut, Alvin berhasil membangun jaringan dan membuat rancangan ke depan untuk RAN. Selain itu, Alvin juga memutuskan untuk bekerja sama dengan salah satu label management. Bersama label tersebut, mereka belajar menyiasati setiap tantangan yang ditemukan selama berkecimpung di industri musik.

Selama beberapa tahun, Alvin menyiasati untuk membangun label management sendiri bernama ORANGE, mengandung penggalan nama RAN di tengah. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang didapat Alvin dari label management sebelumnya, Alvin mengaku dapat mengelola labelnya dengan lebih mudah.

Apa saja yang diperlukan Alvin untuk mengelola label managementnya bersama RAN? Yang pasti, Alvin harus dapat memahami kemauan pasar dan menyesuaikan karakter RAN untuk dapat diterima dengan baik. Apabila RAN ingin merilis beberapa lagi idealis, sudah menjadi tugas Alvin untuk dapat memastikan mereka menciptakan lagu yang lebih ramah diterima pasar dan radio friendly.

Selain label management, Alvin juga mendirikan sebuah creative house yang memungkinkannya untuk membantu beberapa brand mengembangkan bisnis. Para klien dari creative house yang dibangunnya kemudian dihubungkan Alvin dengan RAN,untuk mengadakan campaign tertentu. Tidak sedikit juga yang menggunakan RAN sebagai model iklan maupun ambassador.

Dua hal tersebut dianggap Alvin memiliki keterkaitan, sehingga dirinya bisa memadukan keduanya untuk menghasilkan keuntungan yang mutual bagi setiap pihak yang terlibat. 
Dalam mengelola label management, Alvin harus memahami kemauan pasar dan menyesuaikan karakter RAN agar dapat diterima dengan baik.

Ekspansi Bukanlah Keharusan

Setelah membangun label management, Alvin tidak serta merta menerima permintaan dari setiap artis atau band yang hadir. Beberapa pengajuan dari musisi pernah diterimanya, namun tidak lebih dari satu atau dua tahun. Sampai Alvin kembali menerapkan konsistensinya terhadap prioritas.

Saat ini, Alvin kembali memusatkan perhatiannya pada RAN. Betul, ada teori yang mengatakan bahwa sebuah bisnis sebaiknya terus diekspansi. Namun hal tersebut bukanlah sebuah keharusan bagi Alvin. Dia termasuk penganut paham yang memandang kualitas lebih penting ketimbang kuantitas.

Menjelang pandemic, Alvin mengaku terpaksa membatalkan beberapa kontrak kerja sama dalam bentuk event. Namun, hal tersebut tidak dipandang Alvin sebagai jalan buntu. Pada minggu pertama PSBB, Alvin membuat terobosan mengadakan konser virtual RAN yang dilangsungkannya dengan menggandeng sebuah brand provider. Konser virtual tersebut diciptakan Alvin dengan sangat apik; mulai dari kualitas audio, visual, sampai dengan urutan konser itu sendiri.

Alvin dengan selektif menentukan kamera untuk merekam konser home sessionnya, microphone, speaker, bahkan sampai script. Kesuksesan konser virtual tersebut ditentukan oleh angka viewers sampai kepuasan klien. Karena ini merupakan hal baru, eksperimen semacam ini bagi Alvin layak diuji. Akhirnya, selama pandemic berlangsung, Alvin dan RAN tidak pernah menerima panggilan off-air sama sekali. Baginya itu merupakan bentuk kepatuhan mereka terhadap keadaan sulit yang saat ini sedang melanda.

Yang membuat Alvin terus bereksplorasi adalah ketakutannya untuk kehilangan mata pencahariaan. Tentu saja situasi yang sulit ini menimpa semua orang, tetapi pilihan tetap berada di tangan kita. Apakah kita hanya akan berserah diri, atau segera menyesuaikan keadaan. Pilihan yang kita ambil akan memengaruhi kualitas hidup kita sendiri.

Bagi para pembaca yang juga ingin menjadi manager artis seperti Alvin, ia menyarankan untuk memahami ruang lingkup managerial itu sendiri. Penting juga mempelajari dunia hospitality sebab itulah hal utama yang dibutuhkan. Tentu saja hal teknis tersebut dapat dipelajari dari buku, namun akan lebih baik apabila kita terjun langsung ke dalam industry. Berkenalan langsung dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya, serta bergabung ke dalam lingkungan. Sebab seorang manager memiliki tugas krusial, bukan hanya merancang sebuah ekosistem, melainkan membuat ekosistem tersebut bertahan.

Begitulah kurang lebih gambaran singkat mengenai industri music yang dipaparkan oleh seorang manager band. Bagi Anda yang tertarik menjalani bidang yang sama, apakah Anda siap menekuninya? Selamat mencoba. Temukan artikel inspiratif lainnya hanya di KARENA.ID
Created with